Selamat
Sore, Selamat Hari Tanpa Tembakau.
Hari
ini dunia sosial media kita diramaikan oleh dua tagar yang bertentangan #HariTanpaTembakauSedunia dan #TerimakasihTembakau. Ada apa
sebenarnya dengan tembakau ? entahlah.
Yang saya tahu tembakau adalah bahan baku
utama pembuat rokok. Tanaman yang satu ini telah berkembang pesat sejak masa
kolonial Belanda. Pada masa itu tembakau menjadi salah satu tanaman yang harus
di tanam pada sistem tanam paksa yang diterapkan belanda saat mereka menjajah
kita.
Sejak saat itu tembakau tumbuh subur di
negara tercinta ini, sampai tulisan ini di buat (mungkin).
Industri rokok di Indonesia
80% menggunakan bahan baku tembakau lokal. Areal pertanaman tembakau tiap tahun
mencapai rata-rata 220.000 ha, sekitar 60% terdapat di Jawa Timur, selebihnya
tersebar di Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, dan Nusa Tenggara
Barat. Pada umumnya tembakau diusahakan oleh petani berskala kecil, hanya
sebagian yang diusahakan oleh BUMN dan perusahaan swasta.
Sumbangan tembakau terhadap
pendapatan petani dan negara cukup besar. Usaha tani dan industri tembakau
dapat menghidupi 10 juta jiwa yang meliputi 4 juta petani, 600.000 orang tenaga
kerja di pabrik-pabrik rokok, 4,5 juta orang yang terlibat dalam perdagangan,
dan 900.000 orang terlibat dalam transportasi dan periklanan. Tembakau memberikan
sumbangan pendapatan negara dalam bentuk cukai yang mencapai 42 triliun rupiah
(2007), dan devisa dari ekspor tembakau sebesar 1,9 triliun rupiah.
Setidaknya itulah yang di tulis oleh http://balittas.litbang.pertanian.go.id/
walaupun pada kenyataannya tentu masih ada saja orang-orang yang tidak dibayar
sepantasnya dari industri rokok yang besar ini.
Di balik banyaknya rupiah yang dihasilkan
dari industri ini, tentu kita amat sangat tahu bagaimana rokok merusak
kesehatan kita.
![]() |
http://guetau.com/gaul/rokok/serba-serbi-penampilan-baru-bungkus-rokok-di-indonesia.html |
Tapi, kita juga amat sangat tahu kalau
beberapa event olahraga seperti basket, bulutangkis, dan sepakbola kita di
sponsori oleh perusahaan-perusahaan rokok. Dan tidak jarang perusahaan –
perusahaan ini memberikan beasiswa untuk pelajar berprestasi kita. Sebuah
pemandangan yang benar-benar tidak memiliki korelasi.
Melihat semua itu saya akan menjadi sangat
munafik dan tidak tahu diri kalau secara membabi buta menentang berkembangnya
tembakau di Indonesia. Terlebih lagi, saya menjadi bagian dari perkembangan
itu.
Saya selalu percaya tidak ada yang abadi di
dunia ini, begitu juga dengan industri rokok.
Kalau ada yang bertanya, Kapan industri ini
akan berakhir ? SAYA TIDAK TAHU. Industri rokok telah mengakar ratusan tahun di
negara ini. Telah menjadi bagian dari keseharian kita. Telah menghidupi jutaan
warga negara Indonesia.
Lalu bagaimana solusi nya ? Entahlah, menulis
ini saja membuat saya menjadi bingung. Apalagi menjawab pertanyaan-pertanyaan
anda itu. Jadi, merenunglah…
Saya yang berterima kasih kepada tembakau
Mas Wahono Hayatudin
Polemik kehidupan :)
ReplyDeletePolemik kehidupan :)
ReplyDeleteIya, polemik banget. Perlu ada bentuk usaha skala besar yang bisa menyerap puluhan juta tenaga kerja. Kalau misalnya, industri rokok benar-benar berhenti di masa depan.
Delete