Saturday, February 2, 2013

Herman Sang Maestro



Manusia engga akan pernah lepas dari rasa ketergantungannya dari manusia lain. Karena apa ? karena kita makhluk sosial. Hal ini jugalah yang berlaku dalam dunia perkuliahan. Dalam dunia perkuliahan hampir bisa di pastiin, 10 dari 10 mahasiswa butuh orang lain untuk menemani kehidupan perkuliahannya. Di mulai dari temen, pacar, dosen, orang tua, bahkan abang warnet. Kenapa abang warnet ? karena di warnetlah biasanya gue nge print tugas-tugas kuliah gue. Hidup gue mungkin akan sulit kalau ga ada orang-orang seperti mereka.


Sebagai wujud apresiasi gue terhadap profesi mereka, maka cerita gue kali ini akan nyeritain tentang “abang warnet”.


Abang warnet yang satu ini setia menemani perjalanan perkuliahan gue selama 5 semester ini. Abang warnet itu bernama Herman. Herman adalah lulusan D3 jurusan komputer dari salah satu universitas swasta di Jakarta. Ketika pertama kali gue ngeliat dia, gue ga nyangka klo abang warnet yang agak bau ketek dan ganjen sama cewe ini, punya sisi positif yang bisa menginspirasi hidup gue.
Suatu waktu, gue pernah tanya sama dia. Kenapa dia suka ganjen gitu sama cewe.

Gue                             : Yeah, lu man ganjen terus sama cewe, modus lu ya ?
Herman                      : hahaha… ya enggak lah bro. Gue tuh cuma berusaha ramah aja sama                                        konsumen gue.
Gue                             : lah… gue juga kan konsumen lu. Tapi lu biasa aja,….
Herman                       : Lah, lu kan cowo.
Gue                             : Oh jadi begitu…..

Ya, demikianlah percakapan yang kurang bermutu itu.

Semenjak itu gue tau klo Herman bukanlah ganjen. Dia hanya berusaha ramah terhadap para konsumennya, khususnya para cewe.

Herman udah merintis usaha warnetnya jauh sebelum gue kuliah. Di sebuah ruangan berukuran kira-kira 3x3 meter dia merintis usaha ini. Ketika gue tanya berapa modal dia untuk merintis usaha warnetnya, dia cuma jawab…..

“Modal gue kerja keras dan doa”

Awalnya gue ga ngerti maksud dari kata-kata itu. Tapi, Setelah Herman curhat panjang lebar akhirnya gue ngerti maksud dari perkataan “Modal gue kerja keras dan doa”. Rupanya komputer yang ada di warnetnya adalah komputer-komputer bekas. Komputer-komputer itu dia dapet dari kantor-kantor di Jakarta dan sekitarnya. Perkantoran di Jakarta biasanya akan mengganti sarana dan prasananya pada kurun waktu tertentu. Sarana dan prasana yang gue maksud adalah “Komputer”. Biasanya mereka mengganti komputer tersebut karena di nilai komputer yang lama dah ga memenuhi kebutuhan tugas kantornya. Nah, komputer yang ga kepake itu lah yang akhirnya di “manfaatin” oleh Herman.

Herman sepertinya punya kekuatan berdiplomasi yang baik dan tentu jaringan pertemanan yang luas. Karena pasti akan sulit untuk bisa “manfaatin” komputer-komputer itu klo ga ada kenalan yang kasih info tentang komputer itu.

Dan sejak saat itu di mulailah kisah berwirausaha “Herman Sang Maestro”

Banyak hikmah yang bisa gue ambil dari curhatan Herman. Salah satunya gue jadi tambah percaya dengan kalimat…..

“Man Jadda Wa Jada”
“Siapa yang bersungguh-sungguh ia akan berhasil”

Herman mungkin belum masuk dalam kategori 100 orang kaya di Indonesia, dia juga belum pernah di wawancara Oprah Winfrey atau masuk acara Kick Andy. Tapi dia menginspirasi, seenggaknya menginspirasi gue.

Ini lah dia “Herman Sang Maestro”

Sebenernya sih engga cocok juga Herman di bilang “Maestro”, tapi judul itu keliatan keren dan menarik untuk di baca (kayanya). Jadi, terpaksa deh gue pake judul itu. 

Juno

No comments :

Post a Comment