Manusia engga akan
pernah lepas dari rasa ketergantungannya dari manusia lain. Karena apa ? karena
kita makhluk sosial. Hal ini jugalah yang berlaku dalam dunia perkuliahan.
Dalam dunia perkuliahan hampir bisa di pastiin, 10 dari 10 mahasiswa butuh
orang lain untuk menemani kehidupan perkuliahannya. Di mulai dari temen, pacar,
dosen, orang tua, bahkan abang warnet. Kenapa abang warnet ? karena di
warnetlah biasanya gue nge print tugas-tugas kuliah gue. Hidup gue mungkin akan
sulit kalau ga ada orang-orang seperti mereka.
Sebagai wujud apresiasi
gue terhadap profesi mereka, maka cerita gue kali ini akan nyeritain tentang
“abang warnet”.
Abang warnet yang satu
ini setia menemani perjalanan perkuliahan gue selama 5 semester ini. Abang
warnet itu bernama Herman. Herman adalah lulusan D3 jurusan komputer dari salah
satu universitas swasta di Jakarta. Ketika pertama kali gue ngeliat dia, gue ga
nyangka klo abang warnet yang agak bau ketek
dan ganjen sama cewe ini, punya sisi
positif yang bisa menginspirasi hidup gue.
Suatu waktu, gue pernah
tanya sama dia. Kenapa dia suka ganjen
gitu sama cewe.
Gue : Yeah, lu man ganjen
terus sama cewe, modus lu ya ?
Herman : hahaha… ya enggak lah bro. Gue tuh cuma berusaha ramah aja
sama konsumen gue.
Gue : lah… gue juga kan konsumen lu. Tapi lu biasa aja,….
Herman : Lah, lu kan cowo.
Gue : Oh jadi begitu…..
Ya, demikianlah
percakapan yang kurang bermutu itu.
Semenjak itu gue tau
klo Herman bukanlah ganjen. Dia hanya
berusaha ramah terhadap para konsumennya, khususnya para cewe.
Herman udah merintis
usaha warnetnya jauh sebelum gue kuliah. Di sebuah ruangan berukuran kira-kira
3x3 meter dia merintis usaha ini. Ketika gue tanya berapa modal dia untuk
merintis usaha warnetnya, dia cuma jawab…..
“Modal
gue kerja keras dan doa”
Awalnya gue ga ngerti
maksud dari kata-kata itu. Tapi, Setelah Herman curhat panjang lebar akhirnya
gue ngerti maksud dari perkataan “Modal gue kerja keras dan doa”. Rupanya
komputer yang ada di warnetnya adalah komputer-komputer bekas.
Komputer-komputer itu dia dapet dari kantor-kantor di Jakarta dan sekitarnya.
Perkantoran di Jakarta biasanya akan mengganti sarana dan prasananya pada kurun
waktu tertentu. Sarana dan prasana yang gue maksud adalah “Komputer”. Biasanya
mereka mengganti komputer tersebut karena di nilai komputer yang lama dah ga
memenuhi kebutuhan tugas kantornya. Nah, komputer yang ga kepake itu lah yang
akhirnya di “manfaatin” oleh Herman.
Herman sepertinya punya
kekuatan berdiplomasi yang baik dan tentu jaringan pertemanan yang luas. Karena
pasti akan sulit untuk bisa “manfaatin” komputer-komputer itu klo ga ada kenalan
yang kasih info tentang komputer itu.
Dan sejak saat itu di mulailah kisah
berwirausaha “Herman Sang Maestro”
Banyak hikmah yang bisa
gue ambil dari curhatan Herman. Salah satunya gue jadi tambah percaya dengan
kalimat…..
“Man
Jadda Wa Jada”
“Siapa
yang bersungguh-sungguh ia akan berhasil”
Herman mungkin belum masuk
dalam kategori 100 orang kaya di Indonesia, dia juga belum pernah di wawancara Oprah
Winfrey atau masuk acara Kick Andy. Tapi dia menginspirasi, seenggaknya
menginspirasi gue.
Ini
lah dia “Herman Sang Maestro”
Sebenernya sih engga
cocok juga Herman di bilang “Maestro”, tapi judul itu keliatan keren dan
menarik untuk di baca (kayanya). Jadi, terpaksa deh gue pake judul itu.
Juno
No comments :
Post a Comment