Saturday, March 15, 2014

Kenapa harus golput ?



“Tidak memilih adalah pilihan”

Kalimat di atas sering saya dengar ketika musim pemilu menghampiri. Sepertinya kalimat itu menjadi jargon wajib bagi sebagian besar orang yang memilih untuk golput.

Golput sendiri bisa berarti warganegara yang memiliki hak pilih tapi memilih untuk tidak memilih.

Sejak tahun 1999 jumlah golput di Indonesia terus meningkat. Tercatat, angka golput pada pemilu 1999 mencapai 10,21 %. Kemudian naik menjadi 23,34 % pada pemilu 2004 dan menjadi 29,01 % pada pemilu 2009.[1]

Saya sendiri tidak tahu pasti apa yang menyebabkan trend golput terus meningkat. Saya agak maklum kalau golput terjadi sebelum tahun 2000-an. Mungkin saat itu informasi belum berkembang seperti sekarang ini. Jadi, orang – orang tidak tahu siapa yang harus di pilih karena memang “kita” engga saling kenal. Iya “kita”, calon pemimpin dan rakyatnya.

Tapi, saya hampir tidak habis pikir kalau golput bisa meningkat di tahun 2004 dan 2009. Padahal era social media sedang booming di tahun – tahun tersebut. Dimana tiap detik informasi terus terbarui, sampai terkadang kita muntah  karena terlalu banyak informasi yang kita terima. Sampai akhirnya kita tidak tahu mana yang benar dan salah.

Semua jadi serba salah. Sedikit informasi kita jadi serba tidak tahu dan terlalu banyak informasi kita jadi tidak tahu mana yang harus dicerna.

Tapi, kemudian saya berpikir. Harusnya dengan banyak informasi yang kita terima, kita bisa menjadi pemilih yang lebih cerdas. Memilih informasi yang layak di cerna, agar “kita” bisa saling kenal. Saling kenal antara calon pemimpin dan rakyatnya. 

Bukan malah apatis dan berpikir…

“ Ya, udahlah. Dia menang atau kalah, hidup gue engga akan berubah”

Bukannya itu malah egois ?

Saya agak miris kalau melihat data golput di pemilu 2009.

Dalam pelaksanaan pemilu presiden 2009, jumlah warga negara yang tidak menggunakan hal pilihnya alias golput sebesar 49.677.776 atau 29,0059 %. Jumlah tersebut secara resmi juga dimaktubkan dalam surat penetapan KPU mengenai perolehan suara nasional pemilu legislatif. Total pemilih yang menggunakan hak suaranya 121.588.366 dari total daftar pemilih tetap (DPT) 171.265.442. Sementara itu, total suara sah 104.099.785, dan suara tidak sah 17.488.581. [2]

49.677.776 orang memilih golput. Itu sama dengan 9 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura atau sama dengan 2 kali lipat jumlah penduduk di Australia. 

Untung saja jumlah penduduk negara kita tidak sekecil Singapura atau Australia. Bayangkan saja kalau jumlah penduduk negara kita sama dengan jumlah dua negara tersebut. Itu artinya pemilu harus diulang dan pengeluaran negara tentu saja bertambah.

Adanya 49.677.776 golput, menurut saya membuat pengeluaran negara jadi terkesan mubazir. Karena sebanyak itu pula surat suara "tidak terpakai", bahkan mungkin bisa saja di salah gunakan. Kalau harga satu lembar surat suara Rp 330. Berarti Rp 16.393.666.080 uang negara yang kita mubazirkan. Dari mana uang tersebut ? tentu saja berasal dari rakyat :)

Jadi, apa kita mau golput terus menerus ?

Bukan kah Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang berusaha mengubahnya ? Bukan kah berpikir, mencari tahu, dan memilih pemimpin yang terbaik adalah salah satu jalan kita untuk berusaha ?

Kalau kita saja malas untuk memilih, tidak mau tahu, dan bersikap "bodo amat". Apa kamu juga mau Allah menjawab "bodo amat" untuk setiap doa kamu ? setiap doa yang katanya berharap untuk Indonesia yang lebih baik.

Mau ?


Salam

Mas Wahono Hayatudin  
       

2 comments :

  1. menurut saya, sekarang pun sebagin besar "kita" gak saling kenal. Dan pemilih mungkin memang lebih cerdas, jadi makin banyak yang golput (pendapat saya aja sih ini). Saya sendiri akan golput untuk pileg. Tapi untuk pilpres insyaallah tidak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener juga sih, rata2 memang kita engga kenal para caleg. Padahal para caleg yang nantinya akan ngisi DPR. Hmm..., kita jadi harus makin cerdas nih. Jangan patah semangat mbak pasti ada ko caleg yang pantes di pilih.

      Makasih udah ngeluangin waktunya baca blog ini :)

      Delete