Friday, June 20, 2014

Crying before Ramadhan

Saya percaya Ramadhan selalu menyajikan keceriaan di setiap kedatangannya. Karena Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh manfaat, dan penuh pengampunan. Tapi, bukan berarti kesedihan tidak pernah terselip diantara keceriaan itu. Tidak jarang ketika mendekati Ramadhan, saya mendengar berita duka berkumandang dari speaker masjid di depan rumah saya.


“Telah berpulang ke Rahmatullah saudara…” seru pengurus masjid.

Setiap mendengar berita itu, selalu terbayang di kepala saya…
“Bagaimana kalau Ayah saya yang namanya disebut ?”

Saya tentu akan menangis sejadi-jadinya. Kalau pun di suruh ikhlas, mungkin akan sulit bagi saya. Karena ikhlas bukanlah mulut yang berkata, tapi hati yang merasa.

Ramadhan adalah bulan yang begitu istimewa. Bulan dimana kami sekeluarga bisa berkumpul lebih lama dari biasanya. Berkumpul saat sahur, berkumpul saat berbuka, berkumpul saat shalat tarawih, atau bahkan menghabiskan sore dengan tadarus al-quran bersama.

“Bagaimana kalau kebersamaan itu tidak bisa dilalui seperti biasanya ?”

Tentu saya akan menangis. Karena mana mungkin saya tidak menangis. Ketika sahur saya tidak bisa melihat dia, ketika berbuka saya tidak bisa melihat dia, saya pun tidak mungkin lagi berjalan bersama ke masjid untuk shalat tarawih, dan saya tentu tidak akan pernah bisa mencium tangannya di hari lebaran…

Kesedihan yang bahkan membuat saya menangis hanya dengan membayangkannya. Kesedihan yang tidak ingin saya alami, kalau bisa.

Untuk siapapun yang mengalami kesedihan seperti ini. Saya tidak akan berkata…
“Bersabarlah…”

Saya hanya akan berkata…
“Ketika kesedihan tidak lagi terbendung maka menangislah, ketika tangisan hanya bisa menyisakan luka maka berdoalah…”

Ya, Allah…
Obatilah setiap hati yang terluka
Tenangkanlah setiap hati yang gundah
Usap setiap air mata yang jatuh dari setiap mata yang indah
Karena ku tahu, kau lah pengobat segala duka
 

No comments :

Post a Comment