Saya
percaya Ramadhan selalu menyajikan keceriaan di setiap kedatangannya. Karena
Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh manfaat, dan penuh pengampunan. Tapi, bukan berarti kesedihan tidak pernah terselip diantara keceriaan itu. Tidak jarang ketika mendekati Ramadhan, saya mendengar berita
duka berkumandang dari speaker masjid di depan rumah saya.
“Telah
berpulang ke Rahmatullah saudara…” seru pengurus masjid.
Setiap
mendengar berita itu, selalu terbayang di kepala saya…
“Bagaimana
kalau Ayah saya yang namanya disebut ?”
Saya
tentu akan menangis sejadi-jadinya. Kalau pun di suruh ikhlas, mungkin akan
sulit bagi saya. Karena ikhlas bukanlah mulut yang berkata, tapi hati yang
merasa.
Ramadhan
adalah bulan yang begitu istimewa. Bulan dimana kami sekeluarga bisa berkumpul
lebih lama dari biasanya. Berkumpul saat sahur, berkumpul saat berbuka,
berkumpul saat shalat tarawih, atau bahkan menghabiskan sore dengan tadarus
al-quran bersama.
“Bagaimana
kalau kebersamaan itu tidak bisa dilalui seperti biasanya ?”
Tentu
saya akan menangis. Karena mana mungkin saya tidak menangis. Ketika sahur saya
tidak bisa melihat dia, ketika berbuka saya tidak bisa melihat dia, saya pun
tidak mungkin lagi berjalan bersama ke masjid untuk shalat tarawih, dan saya
tentu tidak akan pernah bisa mencium tangannya di hari lebaran…
Kesedihan
yang bahkan membuat saya menangis hanya dengan membayangkannya. Kesedihan yang
tidak ingin saya alami, kalau bisa.
Untuk
siapapun yang mengalami kesedihan seperti ini. Saya tidak akan berkata…
“Bersabarlah…”
Saya
hanya akan berkata…
“Ketika
kesedihan tidak lagi terbendung maka menangislah, ketika tangisan hanya bisa
menyisakan luka maka berdoalah…”
Ya, Allah…
Obatilah setiap hati yang terluka
Tenangkanlah setiap hati yang
gundah
Usap setiap air mata yang jatuh
dari setiap mata yang indah
Karena ku tahu, kau lah pengobat segala duka
No comments :
Post a Comment