Sunday, June 23, 2013

Kamu dan Kardus

"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013."

Seperti malam – malam sebelumnya, malam ini gue disibukkan dengan menulis blog dan memantau Timeline Twitter. Setelah memantau cukup lama. Muncullah sebuah tweet tentang kompetisi menulis “cinta dalam kardus”. Dalam hati gue ngomong...

“Cinta dalam kardus ? Berdebu dan siap dibuang dong”

Perlahan, gue alihkan pandangan gue dari laptop menuju pojok kamar. Di pojok kamar terlihat ada sebuah kardus. Gue hampirilah kardus itu.


“Ko ada disini ? Inikan barang – barang dari dia”

Ada jaket, polo shirt, dan kartu donor darah. Gue ngelamun dan menerawang kembali kisah dibalik barang – barang ini. Dari kisah yang manis sampai yang pahit semua ada. Susah dilupain dan sepertinya engga bisa dilupain. 

 
Ini kado ulang tahun pertama dalam hidup gue. Didalam keluarga gue engga ada yang namanya tradisi ngerayain ulang tahun apalagi ngasih kado. Dia adalah orang pertama yang ngasih kado disaat gue ulang tahun. Memang sih engga tepat pas hari ulang tahun gue, dia ngasih kado ini satu minggu setelah hari ulang tahun gue. Karena dia harus kembali ke Bandung untuk ikut SNMPTN. Seminggu setelah dia ikut SNMPTN dia balik lagi ke Jakarta. Dia nginep di rumah sahabatnya, bikin kue, dan nyiapin kado ulang tahun buat gue.

Beginilah perempuan ketika dia jatuh cinta. Apa aja dia lakukan untuk orang yang dia cintai. Terkadang gue berharap waktu berhenti disitu. Karena waktu itu adalah salah satu waktu berharga dalam hidup gue.

Diantara semua barang, barang inilah yang paling berharga.

Gue lupa hari itu hari apa, hari itu langit sedikit gelap dan gerimis perlahan turun. Membuat suasana Bandung yang dingin menjadi lebih dingin. Mobil yang kami tumpangi berhenti disebuah PMI. Hari itu gue menemani dia untuk donor darah dan gue pun diajak untuk donor darah. Setelah melakukan beberapa tes, gue pun dinyatakan pantas untuk mendonorkan darah. Sedangkan dia engga bisa ikut donor karena jumlah hemoglobinnya engga cukup. Akhirnya dia pun nungguin gue di tempat istirahat. 
    
Kurang lebih 15 menit, kantong darah bertuliskan A terisi penuh. Gue pun bergegas menghampiri dia untuk segera pulang. Tapi, tiba – tiba hujan turun dengan lebat. Kami pun akhirnya menunggu hujan berhenti. Mengobrol banyak hal, termasuk cerita bagaimana rasanya donor untuk pertama kali. Hujan membuat kami jadi lebih dekat.

Inilah bagian terindah dari cinta, cinta mengajarkan bagaimana kita berbagi. Gue yang engga pernah berani donor darah, akhirnya donor darah.


Ini barang terakhir yang dia kasih ke gue. Barang yang juga menandai kalau kisah cinta gue dan dia harus di cut. Polo shirt berwarna hitam. Entah, ini kebetulan atau memang takdir Tuhan. Orang bilang warna hitam artinya kesedihan. Inilah bagian tersedih dalam kisah gue. Hari itu gue putus...

Ngeliat semua ini, gue jadi sadar. Ternyata untuk bisa move on, yang harus kita lakukan bukanlah bekerja keras melupakan masa lalu. Tapi, yang mesti kita lakukan adalah menerima masa lalu sebagai bagian dari hidup kita dan cobalah ikhlas.

Ikhlas lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Entah berapa lama waktu yang gue perluin untuk bisa ikhlas. Tapi, berapa lama pun waktu yang gue perluin untuk ikhlas. Gue harap gue dapat menikmati setiap prosesnya.

Juno

No comments :

Post a Comment